Selain chat yang hanya dibalas singkat dan centang dua biru tanpa balasan di whatsapp, mendapati berita hoaks yang dibagikan di grup-grup massenger nyatanya adalah salah satu hal yang mengesalkan di era sekarang. Bagaimana tidak? kita sendiri tentu telah menyaksikan beberapa peristiwa yang terjadi akibat penyebaran informasi tidak benar di internet akhir-akhir ini; kebohongan, sindir-sindirian, kesalahpahaman, ujaran kebencian, hingga fitnah pun tersebar secara masif di dunia maya. Maka tidak heran bila beberapa waktu lalu pemerintah sempat membatasi penggunaan media sosial di Indonesia.
Di samping itu, kemudahan mengakses informasi yang mestinya membuat orang-orang dapat mencari tahu sesuatu lebih dalam lagi dari berbagai sumber, justru berbanding terbalik dengan kenyataan. Yang terjadi ialah; apa yang pertama kali dibaca, itulah yang akan dibagikan ke linimasa, padahal sebelum itu tak ada salahnya untuk menyaring dan mencari tahu kebenaran sebuah berita terlebih dahulu sebelum menyebarluaskannya di dunia maya. Itu stalking gebetan aja bisa sampai ke akar-akarnya kok baca berita malah cuma dari judulnya sih? Eh, Astagfirullah bukan aku. Hehe
Peristiwa tersebut pun semakin didukung dengan adanya fakta mengenai rendahnya minat membaca masyarakat. Dilansir dari data statistik UNESCO, bahwa dari total 61 negara di dunia, Indonesia berada pada peringkat 60 dengan tingkat literasi rendah. Selain itu, dikutip dari laman Tirto.id, menyebutkan data dari lembaga penelitian Nielsen bahwa penduduk Indonesia dapat menghabiskan waktu berselancar di dunia maya menggunakan komputer selama empat jam 42 menit, browsing di telepon genggam selama tiga jam 33 menit dan menghabiskan waktu di sosial media selama dua jam 51 menit setiap harinya.
Data perihal rendahnya minat membaca dan tingginya jumlah warganet tersebut, tentu saja dapat menjadi salah satu faktor suburnya hoaks di dunia maya. Perkembangan teknologi yang begitu cepat dan praktis nyatanya bisa berdampak pada rasa malas untuk membaca lebih banyak lagi. Padahal dengan banyak membaca berita dan informasi, kita akan menjadi banyak tahu mengenai benar tidaknya berita tersebut, berlaku juga bila kita banyak membaca history chat doi, ending-nya bukan banyak tahu sih, tapi banyak galau. Ehehe, maap maksa.
Lalu, akibat dari adanya fenomena hoaks yang kian menjamur, ada banyak pihak yang akhirnya dirugikan, orang-orang tidak bersalah ikut menjadi korban, dan fitnah pun kian bertebaran. Sampai di sini, rasanya tak perlu lagi untuk saling menyalahkan media mana yang lebih dulu menyebarkan atau siapa yang menjadi dalang, sebab berita hoaks tidak akan mungkin tersebar bila tak ada jemari yang ikut meramaikan. Daripada begitu, lebih baik kita sama-sama mencari solusi untuk mengurangi berita hoaks tersebut. Iya gak, manteman?
Nah, salah satu langkah kecil meminimalisir penyebaran berita hoaks menurutku bisa dimulai dari diri sendiri; yaitu dengan tidak membiarkan diri menerima berita secara cepat saja namun juga akurat, yaitu dengan tidak membiarkan diri menekan tombol share sebelum melakukan crosschek berita, yaitu dengan mempertanyakan ini itu sebelum menelan informasi secara mentah, sebab sesungguhnya menelan berita palsu itu sama pahitnya dengan menelan janji palsu dari doi. Jadi, ingat, jangan ada hoaks di antara kita. No more hoax for better life~
Nah, salah satu langkah kecil meminimalisir penyebaran berita hoaks menurutku bisa dimulai dari diri sendiri; yaitu dengan tidak membiarkan diri menerima berita secara cepat saja namun juga akurat, yaitu dengan tidak membiarkan diri menekan tombol share sebelum melakukan crosschek berita, yaitu dengan mempertanyakan ini itu sebelum menelan informasi secara mentah, sebab sesungguhnya menelan berita palsu itu sama pahitnya dengan menelan janji palsu dari doi. Jadi, ingat, jangan ada hoaks di antara kita. No more hoax for better life~
Akhir kata, semoga kedepannya kita semua dapat selalu tabayyun sebelum menyebarluaskan sebuah informasi, karna kalau informasi tersebut tidak benar, bisa-bisa sosial media diblokir lagi kayak kemarin-kemarin, kasian para pasangan LDR, komunikasinya kesendat-sendat ntar. Hiks
***
Sumber :
- SociaBuzz
- SociaBuzz
- Tirto
Wah bener banget tuh Mbak. Saya juga terkadang berhati-hati takut itu cuma hoax
BalasHapusHuhu makin canggih teknologi, mesti makin hati-hati juga ya, Mba:')
HapusSaya itu paling jengkel jika di pesan WA maupun mesenger fb ada pesan yang panjang, yang isinya hanya berita hoak. Makanya saya tidak ikut grup yang berada di WA. Biar keseharian saya lebih tenang.
BalasHapusKesadaran membaca, mungkin masih rendah.
Iya, apalagi kalo ada yang bikin blog yang isinya berita hoax. tambah jengkel ya mas.
HapusMas Djangkaru Bumi : Saya juga jengkel kalau ada pesan berantai di massenger, jadi kadang grupnya saya mute. Hehe
HapusMas Adi Pradana : Wah, kalau yang itu lebih menjengkelkan ya, Mas:')
Memang kita perlu filter saat membaca, benar2 dicari sumber apakah sudah tepat atau belum.yuk kita samasama berantas hoax
BalasHapusBetul, Mba. Langkah kecil memberantas hoaks dimulai dari diri sendiri ya, Mba. Mesti saring sebelum sharing:D
Hapuskudu hati2, ya teliti dulu deh
BalasHapusBener, Mba ^^
HapusSetuju mba. suka gemas tuh teman2 yang suka main forward apa saja utamanya di grup wa. Kadang terasa nyampah banget hehehe
BalasHapusBener, jatuhnya malah spam ya, Mas. Heheu
Hapusjadi susah banget milah mana berita bener dan hoax!
BalasHapusBener, kita mesti hati-hati dan tidak cepat menyebarkan sesuatu sebelum tau itu bener atau engga
Hapus