Minggu, 5 Agustus 2018. Berawal dari sebuah pesan singkat Whatsapp yang kubaca pada pukul tujuh pagi, rencanaku untuk bermalas-malasan di hari itu pun dengan senang hati kubatalkan; “Novi, jam satu kita ke Hiri, yuk! Sama temen-temen Jarkot. Pemuda di sana ingin berbagi cerita tentang Hiri. Ajak teman yang lain, sekitar satu atau dua orang”. Pesan yang dikirimkan oleh Pembina Komunitas Blogger Malut, Kak Arif tersebut lantas membuatku girang; “Hore, hari mingguku kali ini berfaedah.” begitu pikirku. Pesan dari Kak Arif itu pun kubalas dengan beberapa pertanyaan receh ihwal transportasi dan lokasi berkumpul nanti, untunglah Kak Arif orangnya sabar, jadi aku bisa bertanya lebih banyak, ehehe. Beberapa menit kemudian, aku langsung menghubungi dua orang teman yang akan menemaniku nanti; Gina dan Dina, tanpa basa-basi mereka berdua dengan sigap menerima ajakanku. Ntap!
Tepat pukul satu siang, aku dan dua temanku yang harusnya tiba di lokasi satu jam lebih awal justru malah terlambat karena miskomunikasi; kami nyasar, gaes! Kali ini kami beruntung karena kakak-kakak dari Jarkot sedang berbaik hati ingin menjemput sehingga kami bisa langsung bergegas ke pelabuhan Hiri yang lokasinya berdekatan dengan pantai Sulamadaha. Sebagai informasi, Jarkot bukan nama tempat ya, tetapi singkatan dari Jaringan Komunitas Kota Ternate, yaitu sebuah wadah berhimpun dan berkumpulnya komunitas-komunitas di kota ini. Ada banyak komunitas dengan berbagai latar belakang yang tergabung di dalamnya; ada yang bergerak di bidang pendidikan-literasi, seni, budaya, fotografi, pariwisata, otomotif, komunitas motor, dll. Termasuk Komunitas Blogger Maluku Utara yang baru terbentuk baru pada akhir tahun 2017 lalu. Horay~
Setelah ±15 menit perjalanan dari pusat kota, kami pun tiba ke tempat berlabuhnya kapal-kapal yang akan membawa kami ke pulau seberang. Rupanya sudah banyak teman Jarkot yang menunggu sejak tadi. Kebanyakan dari mereka merupakan orang-orang dari komunitas fotografi, dari sinilah aku tahu bahwa tujuan kami berkunjung ke Hiri selain untuk sharing cerita dengan pemuda di sana, kami juga akan menghadiri sebuah workshop fotografi yang diadakan oleh Jarkot, workshop ini merupakan bagian dari event Bulan Foto Ternate. So Interesting! Tak menunggu lama, pukul 13:00 WIT, kami semua melanjutkan perjalanan menuju Hiri, menyebrangi lautan yang berombak dengan kapal kayu. Tanpa terasa, selama ±20 menit di atas hamparan laut biru dan gelombang yang membuat hati dag dig dug, kapal yang kami tumpangi akhirnya berlabuh di tempat tujuan. Satu persatu penumpang pun menuruni kapal yang bersandar di pelabuhan Togolobe Hiri. Di sana, tepat di depan penglihatan kami terhampar pemandangan gunung Ternate nan hijau, langit cerah dan lautan biru yang memanjakan mata. Sungguh sebuah sambutan alam yang manis~
Di sekitar pelabuhan, kami berteduh dekat sebuah rumah makan dan beristirahat sejenak sembari menunggu kendaraan yang akan mengantar kami ke tempat workshop, sementara beberapa teman lainnya ada yang sudah lebih dulu menuju lokasi menggunakan motor. Tak berselang lama, sebuah mobil pick up pun datang dan berhenti di bahu jalan. Aku, Gina, Dina serta teman lainnya segera melompat ke atas mobil dan cusss, berangkat! Mobil tumpangan kami melaju meninggalkan Togolobe menuju Kelurahan Mado. Dalam perjalanan, suara musik dari mobil membuat suasana siang itu menjadi ramai; ada yang mengobrol, ada yang sibuk membidik gambar, ada yang khusyuk mendengarkan lagu dan ada yang menyetir. Kami melewati rumah-rumah warga yang jaraknya tidak jauh dari pantai; pemandangan alam dan hembusan angin laut saat itu setidaknya bisa membuat hati kami sedikit tenang meski cuaca sedang panas-panasnya. Tidak sampai 10 menit, kami semua pun tiba di tempat tujuan. Spanduk yang telah terpasang dan beberapa orang (pemuda-pemudi Hiri, dll) yang telah menempati tempat duduk masing-masing menandakan bahwa workshop akan dimulai.
Long story short, pada kegiatan tersebut, kakak-kakak dari Jarkot menjelaskan perihal tujuan diadakannya workshop di pulau Hiri; bahwasannya kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian dari beberapa item Event Bulan Foto. Salah satu tujuannya adalah untuk memperkenalkan dan mempromosikan potensi pariwisata melalui fotografi. Dengan adanya workshop ini diharapkan dapat mengembangkan sekaligus membangkitkan minat pemuda-pemudi Hiri dalam mendalami dunia fotografi yang nantinya dapat berdampak pada kepekaan masyarakat dalam melihat segala potensi keindahan dan keunikan dari lingkungan sekitar mereka sendiri sehingga potensi dan promosinya dapat dijaga dan dikelola oleh masyarakat. Beberapa saat setelah itu, kami semua kemudian dibagi dalam empat kelompok kecil guna membincangkan perihal fotografi dll. Saat itu, aku dan beberapa teman dari Komunitas Blogger Malut diminta untuk sedikit berbagi tentang bagaimana cara menceritakan sebuah foto melalui tulisan kepada teman-teman, aku sebenarnya bingung harus menyampaikan apa, tapi sebisa mungkin aku mencoba untuk sharing apa yang kutahu, untungnya ada Kak Arif yang ikut membantu menjelaskan. Hehe
Dalam diskusi kelompok tersebut; ada banyak hal yang dibahas, yaitu seperti bagaimana mendapatkan foto yang bagus dengan hanya berbekal kamera handphone, kemudian tentang aplikasi memotret, editing hingga ke caption dan blog. Diskusi itu pun berujung pada akhir yang menyenangkan;“Yuk kita langsung hunting foto!”. Yuhuuu... I was super excited! Lokasi yang akan dijadikan tempat berburu foto kami adalah Pantai Tamajiko yang terkenal dengan gerbang batu atau yang disebut Gurabala oleh warga. Untuk menuju ke sana, kami masih menggunakan mobil pick up yang tadi mengantarkan kami, perjalanannya memakan waktu kurang lebih 20 menit. For your information, semakin dekat dengan pantai Tomajiko, semakin menghilanglah pula koneksi internet di sana, jadi bagi kalian yang ingin membagikan momen di story Instagram atau sosial media lain pada saat itu juga, mohon bersabar sampai kalian kembali ke pelabuhan atau rumah masing-masing. Tiba di Desa Tomajiko, kami masih melewati jalan setapak dan beberapa rumah untuk mencapai pantai, selanjutnya saat sampai ke gerbang menuju pantai, kami juga disambut oleh pohon capilong (nyamplung) yang berjejer dan jalur setapak yang dihiasi kerikil berwarna putih.
Tiba di pantai, hembusan angin yang kencang rupanya menjadi penanda bahwa cuaca sore itu sedang tidak berpihak pada kami, meski begitu hal tersebut tidak menyurutkan antusiasme teman-teman yang datang dalam mencekrak-cekrek pemandangan di sekeliling. Semua orang di sana terlihat sibuk dengan kamera masing-masing, aku yang hanya berbekal kamera handphone pun tak kalah sibuknya. Sibuk membetulkan jilbab yang berantakan dan seakan-akan mau terbang karena kondisi angin yang cukup kencang, untung aja engga beneran terbang. Kalau beneran, aku udah sampe rumah duluan kali ya?! hmm.
Matahari perlahan tenggelam, menandakan bahwa hari sudah semakin sore. Penampakkan langit yang mulai menguning lantas membuat pemandangan di sekitar Gurabala menjadi semakin aduhai dipandang. Menurut cerita, nama Gurabala sendiri diambil dari kata gura yang artinya taman dan bala yang artinya bangkit dalam Bahasa Hiri. Konon katanya, bongkahan batu besar yang berbentuk gerbang itu dulunya pernah menyatu dengan tebing yang berada di dekatnya, namun bongkahan batu tersebut kemudian terpisah karena terjadinya erosi laut yang berlangsung dalam kurun waktu lama.
Ketika berada di sana, sebenarnya masih banyak view lainnya yang sangat keren bila diabadikan ke dalam gambar, sayangnya karena batre yang mulai sekarat dan angin yang kencang, aku tidak meneruskan niat untuk menelusuri tempat lain di sekitar Gurabala, jadilah hasilnya tidak banyak foto yang dijepret dengan kamera hapeku sendiri, selain itu aku juga baru sadar kalau aku tidak sempat berswafoto menggunakan hapeku sendiri, so I don't have my own pic there. Syedih.
Tak terasa langit sudah mulai gelap, itu berarti sudah waktunya kami untuk meninggalkan pantai. Untuk dapat kembali ke pelabuhan, kami masih harus menunggu mobil pick up untuk datang menjemput dikarenakan transportasi di Hiri yang tidak banyak, apa lagi bila hari sudah mulai gelap. Dari pantai menuju ke jalan, kami sempat berjalan beberapa meter untuk menempuh rumah salah seorang teman yang kebetulan berdekatan dengan mushola, jadi kami bisa sholat, cuci muka, dll di sana. Sebelum mobil yang ditunggu tiba, kami juga sempat makan di rumah salah satu warga yang baru saja melakukan pengajian. Sungguh! Baik sekali, aku kenyang.
Singkat cerita, setelah beberapa puluh menit menempuh perjalanan ke pelabuhan, kami akhirnya dapat kembali lagi ke Ternate; menyebrangi lautan menggunakan kapal kayu. Dalam perjalanan, Kak Arif sempat mengatakan bahwa kami akan kembali lagi ke Hiri untuk kegiatan lainnya. Wah! Akhir kata, terima kasih untuk Kak Arif dan teman-teman dari Jarkot yang sudah mengajak kami ke Hiri, semoga kedepannya aku dan teman blogger Ternate lainnya masih tetap diajak ikut serta dalam kegiatan Jarkot ya. Hehe, syukur dofu-dofu~
***
Sumber foto :
- Dokumentasi Pribadi
- Facebook
serunya, seanadainya jarak daerah tempat adek naik bus dua jam. pasti tak samperin.
BalasHapusEhehe, naik pesawat aja kak, sama-sama bisa nyampe ke Ternate dalam waktu dua jam xD
Hapusternate, harus ngumpulin dana dulu. kalau bisa nanti bulan madu kesana :D
Hapusdalam diskusi kelompok tsb pasti banyak info yg bisa didapatkan. keren.
BalasHapusYup! Dapat banyak informasi dan pengetahuan bermafaat. Hehe, Terima kasih:D
HapusFoto paling terakhir bagus, Nov! Dapet banget momennya.
BalasHapusSaya malah nggak suka swafoto lagi. Entah kenapa, mending foto pemandangannya aja kalau main ke suatu tempat. Mungkin kurang percaya diri buat narsis. Tapi kalau minta fotoin orang, masih okelah. Itu juga paling dua atau tiga jepretan di suatu spot. Nggak mau galeri ponsel banyak sama foto sendiri. :(
Wah. Terima kasih, Yog! Itu salah satu jepretan candid yang aku suka soalnya. Hehe
HapusAku juga gitu sih, Yog! Kalau ke suatu tempat, lebih suka motoin ketimbang difotoin ataupun selfie, tapi ya kadang kalo emang sempet dan pengen, ya selfie. Hahaha
Itulah enaknya jika punya komunitas yang solid dan aktif. Akhirnya jalan-jalan terus, wah mantap even bulan photonya. Layak ditiru didaerah lain, sehingga bisa mempromosikan tempat wisata.
BalasHapusIya, Mas. Komunitasnya cukup aktif memang, selalu ada event seru yang dirayakan, termasuk event Bulan Foto ini :D
HapusDitempat saya komunitasnya masih terlalu adem, maklumlah karena biaya internet masih tergolong elit. Jadi orang masih malas atau enggan ngeblog ria.
HapusPantainya cantik, banyak batu-batunya. Komunitasnya aktif ya, jadi ingat saya sedang kehilangan komunitas, hehehe.
BalasHapusIya, Mbak. Cantik banget, itu memang pesisir pantainya ada banyak bebatuan hehe
HapusWah, semoga bisa kembali menemukan komunitas yang hilang itu ya, Mbak. Semangatttt
Terdistrek sama tampilan blognya. Hihi... Aku mau belajar padamu kandaaa Novi. Salam kenal..
BalasHapusHehe, Alhamdulillah ya ada yang terdistrek. Sama-sama masih belajar dan belajar sama-sama hayuk, Mbak. Salam kenal juga :D
HapusJarkot ini singkatan dari apa, nov?
BalasHapusgue masih iri plus kesel sih, kayaknya enak aja gitu ya kalo mau jalan bisa menaiki perahu segala, pengen juga uy kayak gitu. tiba-tiba main ke pantai terus hunting foto. dan kayaknya d pantainya ga banyak orang juga ya. ya selain temen-temen yg hunting foto itu.
Aku udah tulis di atas sih, hehe. Jarkot itu singkatan dari Jaringan Komunitas Kota Ternate. :D
HapusIya, saat datang ke sana memang pantainya lagi sepi, jadi yang ada hanya temen-temen yang hunting foto. Yuk, jalan-jalan ke Hiri. Hueueh