Image Source |
Ketakutan yang semakin menjadi-jadi membuatku tidak bisa tenang. Aku menengok kesamping mengecek keberadaan keluarga yang tadi ikut bersamaku menonton sirkus, mereka tidak boleh berada disini.
"Kita semua harus keluar dari gedung ini secepatnya," Ucapku kepada orang-orang sekitar terutama keluargaku namun, tidak seorangpun yang peduli, mereka terlalu serius menyaksikan atraksi sirkus.
Orang-orang ini harus keluar sebelum gedung sirkus meledak. Aku pun langsung berdiri menghalangi pandangan mereka dan berteriak sekencang-kencangnya.
"Kita semua harus keluar dari sini kalau masih mau hidup"
Sekali lagi tidak ada yang peduli, suaraku sepertinya tidak sampai ke telinga orang-orang ini. Mereka hanya memandangku dengan tatapan sinis seakan memintaku untuk kembali ketempat semula supaya tidak menghalangi pandangan. Kurasa semua usaha yang kulakukan akan sia-sia "Aku harus bagaimana?" batinku.
Aku memejamkan mata lagi, kali ini yang kulihat adalah sebuah bom terjatuh ke arah gedung sirkus tepat pada posisiku sekarang. Aku mendongak keatas untuk memastikan, rupanya benar, helikopter itu sudah berada beberapa puluh meter di atas kepalaku. Aku berteriak lagi sekeras mungkin, lalu menarik paksa tangan kedua orang tua untuk ikut bersamaku meninggalkan gedung, namun mereka tetap tidak peduli dan menyuruhku kembali kerumah sendiri. Bahkan orang tuaku pun tidak mempedulikan kekhawatiran yang kurasakan. Perasaanku kacau. Aku akhirnya memutuskan untuk berlari dan menyelamatkan diriku sendiri, tanpa memikirkan keselamatan orang lain, aku sudah tidak peduli. Pikiranku kalut.
Tubuhku menerobos kerumunan orang-orang yang menghalangi jalan menuju pintu keluar. Mereka memandangku dengan tatapan aneh, mungkin karena keadaanku saat ini terlihat seperti orang gila dengan air mata berlinang, tangan bergetar, dan suara lantang meneriaki kematian yang sebentar lagi akan datang. Tidak ada seorangpun yang percaya dengan kata-kataku, aku tidak bisa menjadi seorang pahlawan untuk semua orang kecuali untuk diriku sendiri.
Kali ini untuk ketiga kalinya aku mendongkak keatas langit, memejamkan mata dan menerawang peristiwa selanjutnya, aku mendapati suara yang mengatakan bahwa sebuah bom akan dijatuhkan dari helikopter dalam waktu lima belas menit, bahkan mata batinku dapat menangkap bentuk benda penghancur itu, sebuah bom berukuran sedang namun berjumlah banyak yang di rakit oleh orang-orang berpakaian serba merah. Aku tidak mengenal mereka semua.
"Kita harus keluar dari sini!!!!" Aku berteriak kencang lagi, sambil menangis. Tidak ada yang peduli.
"Kita harus keluar dari sini!!!!" Aku berteriak kencang lagi, sambil menangis. Tidak ada yang peduli.
Satu menit berlalu --- Gedung ini tidak berbeda jauh dengan labirin raksasa, aku harus menyusuri setiap lorong untuk menemukan jalan keluar, pada lorong pertama terdapat 3 jalan kecil menuju sebuah ruangan, aku mencoba menelusuri setiap jalan. Ada beberapa jalan yang membawaku ke ruangan yang tidak ingin kudatangi, pertama adalah ruangan yang di penuhi oleh remaja bertulang lunak, yang senang meliuk-liukan tubuh mereka seperti ular karet, lalu ruangan kedua berisi hewan kecil seperti kucing, kelinci, dan anjing, yang di kurung dalam kandang yang sempit.
Dan jalan ketiga adalah menuju ruangan yang akan membawaku menuju pintu keluar.
Dua menit berlalu --- Waktuku terbuang hanya untuk menebak-nebak jalan mana yang akan membawaku keluar dari gedung ini dan untung saja aku sudah menemukan pintu keluarnya. Sekarang aku tidak punya waktu banyak, tapi jalan menuju pintu keluar benar-benar jauh dari posisiku berdiri, aku harus berlari secepat mungkin sebelum waktu 13 menit yang tersisa habis karna gerakan lambanku.
Tiga menit berlalu --- Aku berlari, sambil memikirkan mengapa tidak ada orang berada di ruangan ini untuk sekedar berjaga-jaga atapun berjalan pulang karena bosan.
Empat menit berlalu --- Akhirnya langkahku terhenti di depan pintu yang terbuat dari kaca tebal dan sangat besar, pintunya tertutup rapat. Aku langsung mencoba membuka pintu tersebut, ukuran pintu yang besar dan berat membuatku harus menggunakan seluruh tenaga untuk mendorongnya
Lima menit berlalu ---- Aku tidak menyerah, pintunya masih tetap ku dorong hingga sedikit terbuka, menandakan bahwa sebentar lagi aku akan berhasil keluar. Aku mendorongnya lebih keras, dan terbukalah pintunya, meskipun hanya selebar tubuhku yang mungil.
Aku berlari keluar menjauhkan diri dari gedung tersebut, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Rupanya gedung besar yang dipakai untuk pertunjukan sirkus itu bukanlah berada di tengah pusat kota melainkan di tengah hutan yang di kelilingi pohon besar dan rindang, mengapa aku tidak menyadari hal ini?
12 menit berlalu ----- Aku sekarang sudah berada jauh dari gedung itu, tapi aku juga tidak tahu dimana posisiku sekarang, aku terduduk dibawah pohon besar, menutup telingaku. Menunggu suara ledakan dari gedung sirkus.
Tiga.... Dua.... Satu.... Boooooommmmmmmm
"Mamah... papah" Suara teriakanku menggema bersamaan dengan suara ledakan boom "Maafkan akuuu" ucapku lirih menyadari kesalahan yang baru saja kuperbuat. Aku menangis memandangi awan hitam yang diselingi asap tebal. Suara tangisanku semakin kencang "Mamah... papah".
"Hei siapa kau?" Seorang lelaki berpakaian serba merah dan wajah menyeramkan mengagetkanku. Aku diam. "Oh rupanya kau berhasil lolos dari serangan anak buahku ya? Hebat" Suaranya terdengar gusar.
"Jaa jaadi ka kaau yang membuat gedung itu hancur?" Tanyaku dengan nada bergetar.
"Ya! gedung beserta semua manusia disana hancur dalam satu kali ledakan bom di tangan anak buahku, dan kau? kau akan aku hancurkan seorang diri dengan tanganku. Ikut aku !" Lelaki menyeramkan itu menyeret dan membawaku ke suatu tempat yang luas, tempat gersang, tidak ada pohon ataupun tumbuhan lainnya, yang ada hanyalah bom rakitan dan satu helikopter. Dia tertawa lepas seperti setan sambil menaiki helikopter.
Tiga.... Dua.... Satu....
Tokkk tokk tokkk
Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang dalam keadaan baik-baik saja, anehnya yang kudengar bukanlah suara ledakan bom tetapi suara ketukan pintu yang entah dari mana asalnya.
"Hei nona, bersiaplah " Aku mulai ketakutan lagi. Lelaki itu baru saja memberi aba-aba agar aku bersiap-siap kehilangan nyawa. Kurasa dia akan menjatuhkan bomnya ke arahku lagi. Aku harus bersiap-siap, Ini sudah menjadi takdirku.
Lelaki itu melemparkan boomnya dari atas helikopter.
Tiga....
Dua....
Satu....
Tokkk tokk tokkk.
"Woyyyyyyy"
Dengan gerakan tiba-tiba dari posisiku sebelumnya, aku merasa diriku menghantam lantai, dan tidak dalam keadaan gosong melainkan basah kuyup oleh keringat dingin. Aku bingung dan kehilangan arah sesaat, bahkan di tengah kegelapan hutan pun aku hampir bisa mendengar gema teriakan adik kandungku sendiri yang samar-samar. Namun, ketika mataku sudah bisa menyesuaikan dengan cahaya yang masuk menembus kegelapan, perlahan aku mendapatkan kesadaran bahwa aku sedang berada di kamar, lebih tepatnya di lantai kamarku.
"Ambe apa? duh ngana kase ancur orang pe mimpi saja nih" Ucapku
(Terjemahan : Ambil apa? Duh kamu ngancurin mimpi orang aja )
"Ambe sisir. Hehehehe"
(Terjemahan : Ambil sisir. Heheh)
Luar biasa, anak ini selalu membangunkanku dengan alasan yang sama setiap pagi "Ambil sisir" -_-
Cerita di atas bukanlah imajinasi yang kubuat-buat tetapi merupakan gambaran dan cerita dari mimpiku tadi malam, yang kemudian di hancurkan oleh Yuni di pagi harinya.
Sebenarnya dulu aku sudah pernah bermimpi tentang kejadian yang sama seperti mimpi tadi malam (Baca: De Javu), aku baru menyadarinya pada saat tertangkap oleh lelaki menyeramkan dalam mimpi itu. Karena itulah mimpi tersebut masih awet dalam ingatanku, dan agar aku tidak lupa lagi, aku pun menulis mimpi tersebut dalam sebuah buku. (Aku punya kebiasaan mencatat mimpi setiap bangun tidur. Aneh? Bodo amat wkwk)
Cerita tentang mimpi itu sengaja di kemas dalam bentuk drama action agar lebih seru. Hueheueheu, maaf kalau susunan kalimatnya kurang tepat. :')
Sekian, dan Terima kasih.
Dan jalan ketiga adalah menuju ruangan yang akan membawaku menuju pintu keluar.
Dua menit berlalu --- Waktuku terbuang hanya untuk menebak-nebak jalan mana yang akan membawaku keluar dari gedung ini dan untung saja aku sudah menemukan pintu keluarnya. Sekarang aku tidak punya waktu banyak, tapi jalan menuju pintu keluar benar-benar jauh dari posisiku berdiri, aku harus berlari secepat mungkin sebelum waktu 13 menit yang tersisa habis karna gerakan lambanku.
Tiga menit berlalu --- Aku berlari, sambil memikirkan mengapa tidak ada orang berada di ruangan ini untuk sekedar berjaga-jaga atapun berjalan pulang karena bosan.
Empat menit berlalu --- Akhirnya langkahku terhenti di depan pintu yang terbuat dari kaca tebal dan sangat besar, pintunya tertutup rapat. Aku langsung mencoba membuka pintu tersebut, ukuran pintu yang besar dan berat membuatku harus menggunakan seluruh tenaga untuk mendorongnya
Lima menit berlalu ---- Aku tidak menyerah, pintunya masih tetap ku dorong hingga sedikit terbuka, menandakan bahwa sebentar lagi aku akan berhasil keluar. Aku mendorongnya lebih keras, dan terbukalah pintunya, meskipun hanya selebar tubuhku yang mungil.
Aku berlari keluar menjauhkan diri dari gedung tersebut, mencari tempat aman untuk bersembunyi. Rupanya gedung besar yang dipakai untuk pertunjukan sirkus itu bukanlah berada di tengah pusat kota melainkan di tengah hutan yang di kelilingi pohon besar dan rindang, mengapa aku tidak menyadari hal ini?
12 menit berlalu ----- Aku sekarang sudah berada jauh dari gedung itu, tapi aku juga tidak tahu dimana posisiku sekarang, aku terduduk dibawah pohon besar, menutup telingaku. Menunggu suara ledakan dari gedung sirkus.
Tiga.... Dua.... Satu.... Boooooommmmmmmm
"Mamah... papah" Suara teriakanku menggema bersamaan dengan suara ledakan boom "Maafkan akuuu" ucapku lirih menyadari kesalahan yang baru saja kuperbuat. Aku menangis memandangi awan hitam yang diselingi asap tebal. Suara tangisanku semakin kencang "Mamah... papah".
"Hei siapa kau?" Seorang lelaki berpakaian serba merah dan wajah menyeramkan mengagetkanku. Aku diam. "Oh rupanya kau berhasil lolos dari serangan anak buahku ya? Hebat" Suaranya terdengar gusar.
"Jaa jaadi ka kaau yang membuat gedung itu hancur?" Tanyaku dengan nada bergetar.
"Ya! gedung beserta semua manusia disana hancur dalam satu kali ledakan bom di tangan anak buahku, dan kau? kau akan aku hancurkan seorang diri dengan tanganku. Ikut aku !" Lelaki menyeramkan itu menyeret dan membawaku ke suatu tempat yang luas, tempat gersang, tidak ada pohon ataupun tumbuhan lainnya, yang ada hanyalah bom rakitan dan satu helikopter. Dia tertawa lepas seperti setan sambil menaiki helikopter.
"Aku akan melempar bom ini dari atas sana ke arahmu. Hahahahahahaha"Aku menangis pasrah. Aku menyerah pada keadaan, biarlah ini menjadi bayaran atas keegoisanku meninggalkan orang tua di dalam gedung tadi. Aku mendongkak memandang langit, helikopter itu sudah berada jauh di atas kepalaku, mataku menangkap gerakan tangan yang melempar sebuah bom ke arahku " Aaaaaaaaaaaaaa" aku berteriak memejamkan mata, dan reflek menutup telinga.
Tiga.... Dua.... Satu....
Tokkk tokk tokkk
Aku membuka mata dan mendapati diriku sedang dalam keadaan baik-baik saja, anehnya yang kudengar bukanlah suara ledakan bom tetapi suara ketukan pintu yang entah dari mana asalnya.
"Hei nona, bersiaplah " Aku mulai ketakutan lagi. Lelaki itu baru saja memberi aba-aba agar aku bersiap-siap kehilangan nyawa. Kurasa dia akan menjatuhkan bomnya ke arahku lagi. Aku harus bersiap-siap, Ini sudah menjadi takdirku.
Lelaki itu melemparkan boomnya dari atas helikopter.
Tiga....
Dua....
Satu....
Tokkk tokk tokkk.
"Woyyyyyyy"
******
"Woy, kaka buka pintu dulu. Kita mo ambil sesuatu di ngana pe kamar" (Terjemahan : Kak, buka pintunya dulu. Aku mau ambil sesuatu di dalam kamarmu)Itu suara adik bungsuku, Yuni namanya. Dia adalah orang yang paling rajin menghancurkan mimpiku disetiap paginya. Hari ini Yuni membangunkanku disaat aku belum sempat meledak. Terima kasih.
"Kaka, ngana masih tidur? ngana dapa dengar kita pe suara to?. Buka pintu dulu, woyyyyy" (Terjemahan : Kakak, kamu masih tidur? Kamu dengar suaraku kan? Bukain pintunya )Akupun langsung membuka pintu dengan gerakan lamban.
"Ambe apa? duh ngana kase ancur orang pe mimpi saja nih" Ucapku
(Terjemahan : Ambil apa? Duh kamu ngancurin mimpi orang aja )
"Ambe sisir. Hehehehe"
(Terjemahan : Ambil sisir. Heheh)
Luar biasa, anak ini selalu membangunkanku dengan alasan yang sama setiap pagi "Ambil sisir" -_-
*****
Cerita di atas bukanlah imajinasi yang kubuat-buat tetapi merupakan gambaran dan cerita dari mimpiku tadi malam, yang kemudian di hancurkan oleh Yuni di pagi harinya.
Sebenarnya dulu aku sudah pernah bermimpi tentang kejadian yang sama seperti mimpi tadi malam (Baca: De Javu), aku baru menyadarinya pada saat tertangkap oleh lelaki menyeramkan dalam mimpi itu. Karena itulah mimpi tersebut masih awet dalam ingatanku, dan agar aku tidak lupa lagi, aku pun menulis mimpi tersebut dalam sebuah buku. (Aku punya kebiasaan mencatat mimpi setiap bangun tidur. Aneh? Bodo amat wkwk)
Cerita tentang mimpi itu sengaja di kemas dalam bentuk drama action agar lebih seru. Hueheueheu, maaf kalau susunan kalimatnya kurang tepat. :')
Sekian, dan Terima kasih.
Wah keren amat itu mimpinya. Tapi nyeremin sih. Muahaha. Eniwei, lo orang mana sih? Salam kenal yaa. Baru pertama kali main ke sini nih! \:D/
BalasHapusHahaha iye nyeremin, gue aja pas bangun keringetan wkwk:v
HapusOrang Ternate:3
Salam kenal, makasih :D
wuahaahaa... mimpinya penuh imajinasi kak:D kayak ceritaku.hahaa
BalasHapusaku pernah buat cerpen yang judulnya "story in my dream" endingnya juga gitu, mimpi yang di hancurkan oleh gedoran pintu.wkwkwk ternyataa ceritaku bisa jadi nyata, dan kakaklah korbannya :P muahahaa
Oh ya?
HapusCerita yang mana? ada blog?
ntar aku baca yaaa :p
aku ga merasa jadi korban dari cerita kamu dek, kalo korban php pernah *di jitak riska* :v
iyaa kakaa.. di blog -___-
Hapushuaaa.. kesian amat jadi korban php kak wkwkw
Sekarang udah engga kok, beneran --"
Hapuskalau mimpinya berseri, jangan2 emang ada kehidupan paralel dan km adalah penghuhung dng dr km sendiri di dunia paralel sana
BalasHapusBukan berseri, tapi mimpinya terulang lagi. Dulu pernah mimpi sama persis kayak gitu tapi beda di ending nya aja.
HapusWaduh, kalo bener dunia paralel itu ada, pasti seru banget *-*
mungkin nunggu ending yang tepat, ayo selesaikan mimpinya,
HapusSeperti puzzle itu, coba di catat setiap mimpi dan apa aja yg kamu lakukan...
Gimana cara menyelesaikan mimpinya? aku aja gabisa melanjutkan mimpi huhuha
HapusIya, kalo inget langsung aku catet :D
mimpinya to be continue gak mbak :D
BalasHapusMimpinya ga bisa di lanjutin -_-"
HapusTapi kalo ceritanya di lanjutin pake imajinasiku, mungkin bisa walaupun cuma di karang-karang heheheu
mimpinya serem tapi menginspirasi untuk dibuat tulisan ya mbak... :)
BalasHapus*untung dibangunkan sebelum meledak, coba kalau sudah meledak pasti bangunnya dalam keadaan pakaian robek kena ledakan... hehe... :)
Iya, mimpi juga bisa jadi inspirasi dan ide untuk tulisan. Heheh :D
HapusIya sih, tapi jadi penasaran sendiri ntar kalo meledak akunya berubah jadi apa :v
seru juga kalau lagi berada di situasi seperti itu. coba genrenya ditambahin mystery dikit.. lebih seru lagi dah. drama action mystery..
BalasHapusEmm boleh juga ide nya. Hohoho
HapusLelaki menyeramkan itu rupanya kayak gimana, Isyana? Bukan kayak Adam Levine kan? Iya sih, Adam Levine itu menyeramkan. Menyeramkan karena udah nggak single lagi, tapi udah punya istri :(
BalasHapusHahahahaha. Alasannya mau ngambil sisir mulu ya. :D
Aku nggak pernah mimpi sedahsyat itu. Kalaupun pernah, nggak ingat-ingat banget. Yang paling ingat mungkin pas mimpi lagi main sama Irfan Bachdim. Anu, main bola maksudnya.
Mirip voldemort :v Iya, itu nyeremin, eh tapi gapapa, walaupun udah punya istri, kan dia bisa poligami lagi, neng(?) :D
HapusKita masih punya kesempatan :'v
Iya, sisir -_-'
Hahaha, cieee yang main sama Irfan Bachdim xD
kalo dejavu gitu suka bikin merinding gasihh?
BalasHapusaku kalo ama sirkus takut lihat badutnya
Kadang merinding juga sih tapi kadang biasa aja hahaha
HapusBadut kan lucu, kok takut :o
Duuuh ceritanya bener-bener bikin tegang. Sempat merinding pas bagian di seret ke tempat yang gersang itu.
BalasHapusLoh kirain fiksi, ini cerita dalam mimpi kamu toh mba?
Wkakaa mimpinya jadi terganggu gara-gara Yuni yang ngambil sisir. :'D
Wah merinding, berarti feeelnya dapet. Hahah :v
HapusIya, cuma mimpi tapi karna seru jadi ceritanya aku kemas dalam bentuk fiksi drama action :3
Iyatuh si yuni :v
Wah keren banget.. Cerita mimpinya dibungkus jadi sekeren ini.
BalasHapusCeritanya oke tuh kalo jadi scene pembuka film hollywood xD
Keep writing!! :)
Hahah makasih, Alhamdulillah kalo keren wkwk
HapusSemangat menulis :D
Gimana caranya bisa inget mimpi sedetail itu, Nov? Sumpah, gue aja kalo udah lebih dari 5 menit nggak inget apa-apa. Ingetnya paling cuma poin-poin singkat doang. Dan nanti pas udah dua hari lebih atau sampai seminggu baru inget lagi.
BalasHapusNgeri juga yak, itu mimpi serem amat. Baca doa makanya. :p
Pernah ngalamin mimpi itu sebelumnya, mimpinya berulang-ulang, makannya bisa inget hahahah
HapusYa kalo mimpi-mimpi lainnya sih cuma inget setengahnya hahah.
Iya wkwkwk
waaah ternyata hanya sekedar mimpi tadi malam ya.heuheu
BalasHapusceitanya kereenn
Iya hahah. Terima kasih :))
Hapus